Ilabulo Khas Gorontalo – Jika disaksikan sepintas dari wujud makanan yang ini, tentu beberapa orang akan menduga jika makanan ini ialah pepes. Memiliki bentuk yang panjang dan teksturnya yang cukup padat memang sepintas seperti pepes.
Dan satu kembali yang membuat makanan ini benar-benar sama dengan pepes, ialah buntel dari makanan itu yang memakai daun pisang. Sama tetapi tidak sama, meskipun terlihat sama dari performa luar, tetapi benar-benar berlainan bila kita sudah mengetahui didalamnya. Ilabulo terang benar-benar berlainan dengan pepes-pepes yang lain yang umum ditemui di Jawa Barat.
Ilabulo dibuat dari kombinasi sagu yang sudah dikasih bumbu-bumbu spesial dan tambahan dalaman daging dan telur ayam sebagai isi dari makanan yang ini. Teksturnya sedikit kenyal, dengan sedikit rasa pedas yang menambahkan lezat rasa Ilabulo.
Beberapa warga di Indonesia, khususnya di daerah Indonesia sisi tengah dan timur memang jadikan sagu sebagai salah satunya opsi panganan khusus mereka. Ilabulo datang dengan memberi warna lain dari kulineran yang memiliki bahan landasan sagu. Bebatan daun pisang yang dipakai untuk membuntel adonan Ilabulo bukan sekedar pembungkus, tetapi menambah wewangian pada cemilan satu ini.
Ada dua proses penyuguhan berlainan yang umum diketemukan, yaitu dapat dikukus dan dibakar. Tidak perlu menyangsikan rasa dari ke-2 nya, ditanggung ke-2 nya masih mempunyai rasa yang spesial meskipun diolah dengan yang lain.
Jika ingin nikmati Ilabulo, anda bisa mendapati pedagang yang jual panganan ciri khas ini di seputar Jalan Diponegoro, Kota Gorontalo. Anda tak perlu cemas dengan masalah basi bila beli Ilabulo untuk jadi oleh-olehan, panganan ini bisa bertahan sepanjang dua sampai 3 hari tanpa dimasukkan ke almari pendingin.
Saat bulan tertentu, seperti pada bulan Ramadhan, Ilabulo akan makin dicari-cari oleh beberapa penikmatnya untuk jadi rekan saat buka puasa. Wewangian lezat Ilabulo yang baru diambil dari tempat pembakaran langsung akan terngiang saat mengulas kulineran yang ini. Lezatnya!
Bila Anda lagi ada di Gorontalo saat Ramadan, tidak ada kelirunya menyicip satu menu favorite berbuka puasa warga di tempat namanya Ilabulo. Kulineran memiliki bahan khusus tepung sagu ini menjadi makanan tradisionil ciri khas Gorontalo yang menjadi legenda.
Ilabulo sebagai hidangan tepung sagu yang berisi kombinasi telur ayam, ati ampela, daging ayam dan sapi, lalu diberi bumbu rempah dan dibuntel daun pisang.
Sesudah dibuntel lalu direbus dan juga bisa dibakar sesuai dengan selera beberapa pencinta kulineran. Karena itu tidaklah aneh bila makanan ciri khas Gorontalo yang ini jadi incaran beberapa pelancong di luar wilayah, apa lagi saat Ramadan.
Bukan hanya itu, makanan ini jadi menu berbuka puasa yang paling disukai oleh beberapa pemburu kulineran saat mendekati berbuka puasa. Apalagi dengan kuah bugis sebagai pendamping menu Ilabulo.
Walau nikmat dan mengunggah selesa, satu jatah Ilabulo cuman dibandrol pada harga seputar Rp1000-4000. Semakin oke isian Ilabulo, semakin mahal juga harga.
Saiful Demolawa, salah satunya figur tradisi di Gorontalo, Selasa (14/5/2019) menjelaskan, kabarnya Ilabulo menyimbolkan sebuah kata “totobowata” yang maknanya berpadu solid. Lacak punyai lacak, makanan ini sebagai makanan khusus yang dihidangkan saat raja-raja setuju hentikan bentrokan dan pilih untuk berdamai.
“Sesudah meresakan kepuasan Ilabulo, karena itu bentrokan usai dan terciptalah perdamaian,” bebernya.
Sekarang makan legendaris itu dapat dijumpai di tiap pojok Kota Gorontalo, apa lagi saat Ramadan saat ini. Kecuali jadi jajan berbuka puasa, Ilabulo bisa juga jadi oleh-olehan khusus dari Gorontalo, terutama untuk mereka beberapa pecinta kulineran Nusantara.